Dwi
Setiawati, Penderita Obs. Anemia dan Gizi Buruk
Kab. Tangerang, SN- Persoalan gizi buruk masih menjadi
momok bagi pemerintah. Pasalnya, persoalan tersebut sampai saat
ini belum bisa diselesaikan. Kasus gizi buruk yang ditemukan rata-rata didominasi
oleh anak-anak dibawah umur 5 tahun yang berasal dari keluarga miskin.Faktor
penyebab yang paling dominan penderita gizi buruk tersebut yakni faktor ekonomi.
Kasus gizi
buruk kali ini menimpa Dwi Setiawati (13 Tahun), warga Desa Rancagong, Kelurahan
Legok, Kabupaten Tangerang. Kini Dwi masih dalam kondisi kritis dan dibawah
penanganan serius tim dokter RSU Kab.Tangerang,(28/3/2013). Hasil diagnosa
rumah sakit Dwi menderita Obs. Anemia dan Gizi Buruk.
Berat badan
yang berada dibawah ideal membuat Dwi hanya bisa terkulai di ruang perawatan
rumah sakit. Idealnya untuk anak seusianya memiliki berat badan 35 kilogram,
namun Dwi saat ini memiliki berat badan haya 15 kilogram.
Karena
kemiskinan, Dwi jarang sekali mendapatkan asupan gizi dan pola makan yang tak
sehat. Dwi mengalami gizi buruk akut hingga seluruh tulang-tulangnya tampak
sangat menonjol. Kendati telah mendapat fasilitas berobat gratis, namun Samsuri
paman korban berharap pemerintah
membantu hingga ponakannya benar-benar sembuh dan dapat kembali bersekolah. Pasalnya
sejak 1 tahun silam, ponakannya tak bisa melanjutkan sekolah lantaran penyakit
yang dideritanya.
Dwi
Setiawati anak bungsu dari 2 bersaudara. Ibunya meninggal dunia saat Dwi
berumur 3 tahun, kemudian saat berumur 11 tahun ayahanda Dwi meninggal dunia
akibat sakit. Saat ini Dwi tinggal bersama bibinya yang sudah memiliki 3 anak.
“Dwi sudah
saya anggap seperti anak saya sendiri, tapi apa mau dikata dengan penghasilan
yang pas-pas an saya tidak bisa berbuat apa-apa”, ujar Samsuri paman Dwi dengan
nada sedih.
“Sebelum
penyakit menderanya, Dwi adalah anak yang sehat dan ceria. Beberapa bulan yang
lalu (11/9/2012) ,Dwi di operasi karena menderita sakit usus buntu yang sudah
kronis. Infeksi pernapasanpun sempat di deritanya. Saya sudah habis-habisan
untuk biaya pengobatan, saya sudah tidak tahu kemana lagi untuk mencari biaya
pengobatan untuk Dwi. Beruntung dia memiliki tetangga dan orang-orang
disekitarnya yang masih peduli”,ujarnya.
“Saya
berharap pemerintah maupun para dermawan mau membantu dan memperhatikan Dwi,
hingga Dwi kembali sehat seperti sedia kala dan dapat melanjutkan kembali
sekolahnya”, katanya berharap.
Pantauan SN, saat ini pemerintah setempat, instansi terkait maupun kader di
wilayahnya belum ada yang peduli akan keadaan Dwi. Samsuri saat dikonfirmasi
mengatakan,”belum ada bantuan maupun perhatian dari instansi terkait maupun
kader diwilayahnya, saat ini instansi terkait hanya memberikan surat untuk
kelengkapan Jamkesda tanpa ada yang mengontrol ataupun melihat keadaan Dwi
sejauh mana baik kesehatan maupun kondisinya. Saya hanya bisa pasrah dan
berusaha sekuat tenaga untuk terus berjuang demi kesehatan Dwi”, ujarnya kepada SN.
Ini menjadi
catatan penting untuk pemerintah melalui dinas kesehatan untuk terus berupaya
menekan jumlah penderita gizi buruk. Dengan cara melakukan penyuluhan dan
pemantauan yang dilakukan oleh bidan puskesmas, perawat serta kader yang ada di
setiap desa dan kelurahan yang ada. Namun hal tersebut juga perlunya dukungan
pihak terkait, masyarakat dalam membantu penanggulangan kasus-kasus gizi buruk
di Kabupaten Tangerang.(DR/Usman/Kateni/Amsori)
-------------------------------------------------------------------------------------------------
LSM BERSATU Sambangi
Dwi Setiawati
Tangerang, SN- Sebagai bentuk rasa kepedulian antar sesama, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) BERSATU menyambangi Dwi Setiawati (13) penderita Obs. Anemia
dan gizi buruk di RSU Tangerang, Sabtu (30/3/2013).
Usman, perwakilan LSM BERSATU mengatakan,”tujuannya
menyambangi Dwi hanya sebatas bentuk kepeduliannya antar sesama. Setelah
mendapatkan informasi mengenai adanya pasien yang terkena Obs. Anemia dan gizi
buruk serta melihat latar belakang dari keluarga yang tidak mampu, di tambah
Dwi adalah anak yatim piatu, ini membuat kami prihatin dan sedih. Semoga saja
dengan bantuan yang ala kadarnya ini bisa meringankan sedikit beban”, ujarnya.
Amsori yang juga salah satu perwakilan LSM BERSATU
menambahkan,”dengan adanya pasien seperti Dwi harus segera di tangani secara
serius, karena menurut hasil diagnosa penyakitnya sudah kronis. Sudah menjadi
tanggung jawab pemerintah dan masyarakat mampu khususnya, untuk saling peduli dalam bentuk social kemanusiaan”, katanya.
Dalam hal ini pemerintah melalui dinas kesehatan harus terus
berupaya menekan jumlah penderita gizi buruk. Dengan cara melakukan penyuluhan
dan pemantauan yang dilakukan oleh bidan puskesmas, perawat serta kader yang
ada di setiap desa dan kelurahan yang ada. Agar tidak terjadi lagi Dwi yang
lainnya”, ujarnya menambahkan.(DR)